Jumat, 30 November 2012

Metode Peramalan


METODE RAMALAN PERMINTAAN

Meramalkan permintaan dari pasar yang dimasuki oleh perusahaan adalah suatu pekerjaan yang perlu dilakukan oleh setiap manajer perusahaan dalam rangka memprediksi berapa besar peluang pasar yang tersedia di masa depan. Peramalan permintaan merupakan usaha untuk mengetahui jumlah produk atau sekelompok produk di masa yang akan datang dalam kendala satu set kondisi tertentu.
Hal yang perlu diingat adalah bahwa aktivitas peramalan permintaan tidaklah dapat diartikan sebagai aktivitas yang bertujuan untuk mengukur permintaan di masa yang akan datang secara pasti, melainkan sekedar usaha untuk mengurangi kemungkinan terjadinya hal yang berlawanan antara keadaan yang sungguh-sungguh terjadi di kemudian hari dengan apa yang menjadi hasil peramalan. Dengan kata lain, hasil maksimal dari aktivitas peramalan adalah melakukan minimisasi ketidakpastian yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.
Untuk melakukan forecasting atau peramalan terhadap permintaan pasar, disini akan diuraikan berbagai metode model peramalan terhadap permintaan pasar dari barang atau jasa yang diproduksi dan dijual oleh perusahaan. Secara garis besar terdapat dua macam metode peramalan permintaan yang biasa dilakukan, yaitu metode kualitatif yang terdiri atas teknik survey dan teknik pengumpulan opini. Sedangkan metode berikutnya adalah metode kuantitatif, yang terdiri atas Metode Time Series, Metode Tren Linear, Metode Kuadratik, Analisis Musiman dan Model Ekonometri.

Pembahasan lebih lanjut tentang metode-metode peramalan permintaan adalah sebagai berikut:
I. Metode Kualitatif
Metode peramalan permintaan secara kualitatif berhubungan dengan data-data kualitatif, misalnya tentang selera konsumen terhadap suatu produk, atau survey tentang loyalitas konsumen, dan lain-lain. Forecasting kualitatif ini dapat dikelompokkan ke dalam beberapa metode teknik seperti akan dijelaskan berikut ini.
1. Teknik Survey
Teknik survey ini merupakan suatu alat meramalkan yang cukup penting khususnya untuk memprediksi kejadian-kejadian atau kecenderungan-kecenderungan dalam jangka pendek mendatang ini. Survey biasanya menggunakan alat interview atau daftar pertanyaan yang akan ditujukan para responden yang terpilih dan yang dituju. Sesuai kelompok yang memang diperkirakan akan menjadi sasaran pasar yang dituju oleh perusahaan.
Survey ini dilakukan untuk meramalkan variabel ekonomi yang memang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan permintaan konsumen atau pasar yang dituju. Variabel-variabel ekonomi yang disurvey ini misalnya variabel yang berhubungan dengan budget rumah tangga yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Sasaran dan klasifikasi sasaran dan jenis kebutuhan dan keperluan dari kelompok responden ini dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Survey tentang budget keperluan rumah tangga masyarakat eksekutif bisnis dan pemerintahan yang sekiranya berkait dengan rencana perusahaan. Survey ini diharapkan dapat merekam keseluruhan anggaran setiap rumah tangga yang disurvey.
b. Survey mengenai barang atau jasa yang diperlukan bagi para pelaku bisnis yang akan memperdagangkan barang atau jasanya. Mereka ini mungkin pelaku bisnis yang bergerak pada bisnis distributor, pengecer atau pedagang besar.
c. Survey ini dilakukan bagi para rumah tangga umum mengenai keperluan rumah tangga, produk atau barang apa secara periodic diperlukan dan frekuensi pemenuhan yang dilakukan untuk masa-masa yang akan datang, dan lain-lain.
Dari metode survey berdasar kelompok sasaran ini sebenarnya terkandung maksud dari surveyor bahwa barang dan jasa apa saja yang dibutuhkan, berapa frekuensi pemenuhan kebutuhan dan faktor-faktor apa saja yang pada umumnya yang mempengaruhi perilaku beli mereka ini. Sehingga secara tidak langsung perusahaan melihat peluang dan apa saja yang bisa ditarik sebagai kepentingan bagi perusahaan atas hasil-hasil survey ini untuk memprediksi dan memperkirakan perilaku pasar atau konsumen perusahaan.
Bila diklasifikasikan bahwa hasil survey ini merupakan bagian dari kegiatan riset pasar yang dilakukan oleh perusahaan. Dari sini berbagai kemungkinan yang diperoleh adalah munculnya variabel ikutan yang dapat diprediksi Apa yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan yang hendak atau sudah diproduksi dan dijual kepada pasar yang dituju yang telah disurvey ini. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hasil survey ini sebagian atau seluruhnya dapat dipergunakan untuk memprediksi permintaan konsumennya dari produk yang dibuat dan jual oleh perusahaan.

2. Teknik Jajak Pendapat (Opinion Pools)
Teknik jajak pendapat sering dilakukan untuk melengkapi data dari survey. Jajak pendapat dari para pakar, para eksekutif, dari masyarakat umum, atau dari konsumen. Jajak pendapat ini lebih bersifat pandangan atau pendapat pribadi (subjektif) dari respondennya, sebaliknya teknik survey lebih bersifat objektif.
Sebelum peluncuran produk baru, biasanya diadakan pre test dan jajak pendapat terhadap responden yang menjadi sampel. Teknik pooling ini melibatkan berbagai media seperti media TV, telepon, koran, surat, SMS, email, atau internet untuk menyebarkan kuesioner atau daftar pertanyaan tentang berbagai informasi yang dibutuhkan perusahaan.
Laporan atau pernyataan resmi dari suatu perusahaan atau pemerintah suatu negara dapat digunakan sebagai sumber data guna meramalkan kondisi ekonomi di masa yang akan datang, sekaligus dapat digunakan untuk membuat strategi bersaing dalam pasar bebas.

II. Metode Kuantitatif
1. Metode Time Series
Metode Time Series berhubungan dengan nilai-nilai suatu variabel yang diatur secara periodesasi sepanjang periode waktu dimana prakiraan permintaan diproyeksikan. Misalnya mingguan, bulanan, kwartalan, dan tahunan, tergantung keinginan dari pihak-pihak yang melakukan prakiraan permintaan ini. Metode ini semata-mata mendasarkan diri pada data dan keadaan masa lampau. Jika keadaan di masa yang akan datang cukup stabil dalam arti tidak banyak perubahan yang berarti dengan keadaan masa lampau, metode ini dapat memberikan hasil peramalan yang cukup akurat.

2. Metode Tren Linear
Khusus metode ini digunakan jika scatter diagram berbentuk garis lurus dengan persamaan umum adalah:


Untuk metode tren linear ini banyak jenisnya, antara lain:
a. Metode Least Square
Metode ini sering digunakan oleh perusahaan karena dianggap paling mudah untuk dipraktekkan. Metode ini digunakan pada waktu data yang tersedia adalah mempunyai kecenderungan berbentuk garis lurus. Maka persamaannya adalah:



Dimana:
Y = variabel yang akan diramalkan, dalam hal ini adalah ramalan penjualan produk perusahaan
a = konstanta, yang akan menunjukkan besarnya harga
b = variabilitas per X, yaitu menunjukkan besarnya perubahan nilai Y dari setiap perubahan satu unit X
X = unit waktu/ periode

Untuk mencari besarnya nilai a, dan b tersebut akan dapat dilakukan dengan mempergunakan rumus-rumus sebagai berikut:




Dengan syarat bahwa å X = 0
Dimana n adalah sama dengan jumlah data

b. Metode Product Moment
Metode ini lazim dinamakan metode momen saja. Metode ini digunakan oleh perusahaan karena dianggap mudah di samping metode least square, karena perlakuan angka X (prediksi) untuk data ganjil maupun genap tidak ada perlakuan khusus seperti halnya pada metode least square. Tentunya metode ini digunakan dalam ramalan penjualan untuk data yang tersedia adalah mempunyai kecenderungan berbentuk garis lurus terutama nilai ramalannya, sedangkan persamaannya adalah:



Dimana:
Y = variabel yang akan diramalkan, dalam hal ini adalah ramalan penjualan produk perusahaan
a = konstanta, yang akan menunjukkan besarnya harga Y (ramalan) apabila X sama dengan 0 (nol)
b = variabilitas per X, yaitu menunjukkan besarnya perubahan nilai Y dari setiap perubahan satu unit X
X = unit waktu/ periode, yang dapat dinyatakan dalam minggu, bulan, semester, tahun dan lain sebagainya

Untuk mencari besarnya nilai a, dan b tersebut akan dapat dilakukan dengan mempergunakan rumus-rumus sebagai berikut:







Dengan syarat ∑x ≠ 0

c. Metode Setengah Rata-Rata (Semi Evarage Method)
Metode setengah rata-rata ini masih tergolong metode tren linier dimana data yang tersedia tetap berbentuk linier jika digambar dalam bentuk grafik. Metode tren setengah rata-rata menentukan bahwa untuk mengetahui fungsi Y’ = a + bX tersebut, semua data historis dikelompokkan menjadi dua kelompok (himpunan) dengan jumlah anggota masing-masing yang sama. Berdasarkan perhitungan rata-rata dari anggota masing-masing kelompok itulah akan diperoleh fungsi garis lurus yang bersangkutan.

3. Metode Kuadratik
Metode kuadratik adalah merupakan tren non linier, dan jika digambar berbentuk garis lengkung. Metode ini biasanya digunakan atau diterapkan untuk data historis dimana jika digambar akan membentuk garis tidak lurus atau berbentuk parabola.
Sedangkan persamaan dari metode kuadratik adalah:


Dimana:
Y’ = variabel yang akan diramalkan, dalam hal ini adalah ramalan penjualan produk perusahaan
a = konstanta, yang akan menunjukkan besarnya harga Y (ramalan) apabila X sama dengan 0 (nol)
b = variabilitas per X, yaitu menunjukkan besarnya perubahan nilai Y dari setiap perubahan satu unit X
X = unit waktu/ periode, yang dapat dinyatakan dalam minggu, bulan, semester, tahun dan lain sebagainya

Sedangkan koefisiennya adalah:
A = (∑Y - c∑X2) / n
B = (∑XY / ∑x2)
C = (n ∑X2Y) – ((∑X2) – (∑Y))
(n ∑X4) – ((∑ZX2)2)
Dengan syarat ∑X2 = 0 (nol)

4. Metode Variasi Musim
Melakukan prakiraan volume permintaan konsumen di waktu-waktu yang akan datang dapat didasarkan pada gelombang musiman yang melekat pada kultur budaya atau kebiasaan dari masyarakat. Tetapi dapat juga karena faktor sifat dan keadaan alam yang melekat pada iklim atau cuaca. Misalnya produksi musim semi, gugur dan musim penghujan dan bahkan musim kemarau, produk apa yang sedang atau akan datang musimnya.
Sifat masyarakat yang menimbulkan musiman ini oleh karena faktor budaya dan kebiasaan misalnya karena musim hari raya keagamaan. Pada saat-saat itu biasanya masyarakat akan memiliki hajat yang cukup besar dalam melakukan pemenuhan konsumsi barang keperluan pesta dan sehari-hari. Maka dapat dipastikan pada periode ini permintaan akan kebutuhan dan keperluan konsumsi akan meningkat dalam jumlah yang cukup berarti. Demikian juga ketika datang musim bulan-bulan baik maka banyak masyarakat menggunakan bulan tersebut melaksanakan hajat perkawinan, pesta perkawinan, dan hajat-hajat yang lain yang memerlukan pesta dan upacara-upacara sacral yang memerlukan konsumsi dan persediaan barang kebutuhan untuk keperluan tersebut.

5. Metode Ekonometri
Metode ekonometri merupakan metode prediksi volume atau nilai dependen variabel dengan melibatkan berbagai faktor atau variabel independent yang relevan dan cukup signifikan mempengaruhi dependen variabel tersebut. Secara ekonomi dari model ekonometri ingin dilihat relevansinya pengaruh independent variabel terhadap dependen variabel. Bahkan juga ingin dilihat apakah antar variabel independent itu saling mempengaruhi dan berapa besar pengaruh mempengaruhi antar variabel independent ini atas besarnya pengaruh terhadap dependen variabel. Juga ingin dilihat berapa tepat antara kebenaran statistik dikoreksi dengan kebenaran secara ekonomi.
Jadi secara literatur ekonometrik merupakan suatu pengukuran secara ekonomi baik secara statistik, matematik maupun secara ekonomi teori sekaligus dalam konteks hubungan antara variabel-variabel ekonomi. Memang metode ekonometrik sering lebih kompleks dibanding dengan metode proyeksi trend. Namun ekonometrik setidaknya memiliki dua keunggulan sebagai alat prakiraan. Pertama adalah keunggulan dalam memperoleh prediksi nilai variabel yang penting. Ini akan sangat berguna bagi manajer untuk mengevaluasi kemungkinan pengaruh alternatif keputusan yang diambil. Kedua adalah metode ekonometrika mengestimasi perilaku hubungan antara variabel-variabel. Secara mencolok meramalkan dengan dasar metode lain seperti misalnya survey data hanya memperoleh sesuatu yang lebih kecil dari penyebab yang hakiki pada hubungan antar variabel-variabel ini secara umum.
Terdapat empat tahapan yang termasuk di dalam memformulasi forecast model ekonometrika ini.
1) Membangun suatu model teori
2) Mengumpulkan data
3) Memilih bentuk persamaan fungsi yang diestimasi
4) Mengestimasi dan menginterpretasi hasil




DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Noor. 2002. Ekonomi Manajerial. Jilid 1. Malang.

Muslich. 2003. Ekonomi Manajerial: Alat Analisis Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis. Edisi kedua. Yogyakarta: Ekonisia.

Anggaran Biaya Overhead Pabrik


Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Anggaran biaya yang mempunyai kerurnitan tersendiri adalah anggaran biaya overhead, yaitu anggaran biaya yang berisikan biaya-biaya selain dari biaya  bahan  baku dan tenaga kerja, yang ada pada proses produksi di perusahaan.
Kerumitan  tersebut  disebabkan  karena  banyak  jenisnya,  terutama  dalam   masalah  pembebanan  yang  dilakukan  oleh  perusahaan  dan  dalam  pengendalian  biayanya. Disamping itu kerumitan lain adalah bahwa biaya overhead tersebut tidak dapat ditelurusi dengan gampang dari produknya secara fisik.
Karena kerumitan inilah, maka pihak manajemen harus dengan bijaksana dan hati-hati membuat keputusan yang menyangkut masalah biaya overhead ini,  agar tidak terjadi suatu anggaran yang menyimpang terlalu besar.
5.1. Kebijaksanaan Manajemen Dalam Membuat Anggaran Overhead
Penyusunan     anggaran     biaya     overhead         dilakukan         setelah diadakan
penyusunan  anggaran  biaya  produksi,  dimana  dengan  dibuatnya  anggaran  biaya  produksi,   maka   dapat   diperkirakan   kebutuhan   biaya   overhead   di   perusahaan tersebut.
Biaya   overhead   itu   merupakan  suatu  biaya  yang  keseluruhan  biayanya
berhubungan  dengan  proses  produksi  pada  suatu  perusahaan,  akan  tetapi  tidak  mempunyai  hubungan  langsung  dengan  hasil  produksinya.  Biaya  ini  ada  yang   bersifat tetap, variabel dan semi variabel terhadap produk yang dihasilkan.
Jadi secara umum yang termasuk dalam kelompok biaya  ini  adalah  antara
lain: bahan tidak langsung, energi dan listrik, pajak  bumi  dan  bangunan,  ansuransi
pabrik, dan biaya lainnya yang bertujuan untuk mengoperasikan pabrik.
Banyak   kesulitan   yang   timbul   dalam   menghitung   biaya   overhead,   ini disebabkan biaya overhead mempunyai jenis yang  sangat  banyak  dan  mempunyai sifat yang berbeda-beda antara satu jenis dengan jenis yang lainnya.
Bagaimana  pengendalian  biaya  overhead,  adalah  suatu  pertanyaan  yang   harus dapat dipecahkan di perusahaan, karena hal ini akan menunjukkan pada siapa yang bertanggung jawab pada biaya tersebut.
Ada  dua  pusat  tanggung jawab yang mengendalikan biaya overhead, yaitu  departemen    produksi    dan    departemen    jasa.    Departemen    produksi    adalah departemen  yang  telibat  langsung  dalam  mengelola  produk  dengan   mengubah bentuk, potongan, sifat bahan yang dikerjakan ataupun dengan cara merakit suku cadang menjadi satu barang jadi.
Sedangkan   departemen   jasa   ialah   memberikan   jasa   yang   secara   tidak langsung  membentuk  pengelolaan  produk  tanpa   mengadakan   perubahan   dalam potongan, bentuk maupun sifat bahan yang diolah menjadi barang jadi.
Kendati tidak ada ketentuan yang mantap dan pasti untuk mengatasi masalah pembentukan departemen produksi dalam rangka kalkulasi  dan  pengendalian  biaya, pendekatan  yang  paling  umum  dilakukan  adalah  membagi  pabrik  menurut  ini kegiatan fungsional dan menempatkan kegiatan atau kumpulan  kegiatan  tertentu  dibawah satu departemen.
Penentuan   jenis  dan  banyaknya  departemen  jasa  harus  memperhatikan jumlah  karyawan  yang  diperlukan  untuk  setiap  fungsi  pelayanan,  biaya  untuk menyediakan  pelayanan  tersebut,  pentingnya  pelayanan  tersebut  dan  penetapan  tanggung jawab.
Jasa tertentu, yang tidak dapat ditentukan apakah harus ditetapkan ke fungsi produk atau jasa, dapat dikumpulkan dalam suatu kelompok biaya umum pabrik. Problema yang sering ditemukan pihak manajemen dalam perencanaan dan pengendalian biaya, ialah bagaimana memilih suatu  ukuran  volume,  produksi  atau aktivitas untuk setiap pusat pertanggung jawaban.
Jika    suatu   departemen   hanya   memproduksi   satu   jenis   produk   atau memberikan  suatu  jenis  jasa  saja  maka  produksi  departemen  ini  dapat  diukur sebaik-baiknya dengan produk atau jasa tersebut.
Sebaliknya  apabila  suatu  departemen  memproduksi  serentak  bermacam- macam   produk   atau   memberikan   bermacam-macam   jasa,   maka   pengukuran produksi ini menjadi sulit, oleh karena kondisi  inilah  pihak  manajemen  dihadapkan pada  masalah  pemilihan  pengukuran  yang  ditetapkan  pada  masing-masing  jenis produk  atau  jasa,  sehingga  kumpulan  produksi  dapat  dinyatakan  sebagai  suatu  jumlah tunggal untuk tugas-tugas tertentu.
5.2. Dasar Penentuan Tarif Biaya Overhead
Bagaimana  pembebanan  biaya  overhead  adalah  suatu  yang  sangat  rumit untuk  langsung  ditentukan,  dimana  sebelumnya  harus  melihat  banyak  hal  yang dipertimbangkan,    yang    akan    menentukan    tinggi    rendahnya    mutu    daripada nkebijaksanaan yang diambil oleh manajemen dalam masalah pembebanan. 
Agar  mempermudah  perhitungan  dari  biaya overhead ini, maka perlu dibuat penaksiran. Ada beberapa cara penaksiran yang bisa disebut sebagai dasar penetuan tarif  biaya  overhead  yang  dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar anggaran yang dibuat lebih jelas dan logis, yaitu:
a.  Dasar jumlah output fisik atau unit produksi
Dasar  keluaran  fisik  atau  unit  produksi  yang  merupakan  metode  yang  paling sederhana  dan  paling  langsung  guna  membebankan  overhead  pabrik.  Dasar keluaran fisik akan cukup memuaskan  bilamana  perusahaan  memproduksi  satu  jenis  barang  saja,  sekiranya  bukan  satu  jenis  maka  dasar  ini  tidak  akan memuaskan.
Rumusan dengan memakai metode ini adalah sebagai berikut:
Taksiran biaya overhead pabrik x 100% = persentase overhead pabrik per unit Taksiran unit produksi

b.  Dasar biaya bahan langsung
Pada      beberapa     perusahaan,        penelitian     atas     biaya     masa     lalu     akan mengungkapkan  adanya  korelasi  antara biaya bahan langsung dengan overhead  pabrik.  Penelitian  tersebut  dapat  memperhatikan  bahwa  persentase  overhead  pabrik hampir selalu sama dengan persentase biaya bahan langsung. Oleh karena itu, suatu tarif yang didasarkan pada biaya dapat diterapkan.
Dalam  hal  demikian  beban  hitung  dengan  membagi  total  estimasi  overhead pabrik  dengan  total  biaya bahan langsung yang diperkirakan akan dipakai dalam proses produksi.
Rumusan dengan memakai metode ini adalah sebagai berikut:
 Taksiran biaya overhead pabrik x 100% = persentase overhead pabrik per bahan
Taksiran biaya langsung
 c.  Dasar biaya buruh langsung
Dasar   biaya  pekerja  langsung  nampaknya  merupakan  metode  yang  paling   banyak  dipakai  untuk  membebankan  biaya  overhead  kepada  pekerjaan  atau  produk.
Estimasi  overhead  pabrik  dibagi  dengan  estimasi  biaya  pekerja  lansung  akan  mendapatkan suatu persentase. Pos-pos overhead pabrik yang digunakan selama satu periode harus diperhitungkan.

Anggaran Modal


Anggaran barang modal merupakan anggaran yang digunakan untuk pengadaan aktiva tetap yang berarti akan merinci arus kas masuk dan arus kas keluar untuk jangka waktu tertentu di masa yag akan datang.
Anggaran modal meliputi keseluruhan proses perencanaan pengeluaran uang yang hasil pengembaliannya diharapkan lebih dari satu tahun. Contoh pengeluaran untuk investasi dalam bentuk tanah, bangunan atau mesin dan lain lain.
Manfaat Anggaran Modal
  1. Dana akan terikat untuk jangka waktu yang panjang.
  2. Investasi pada aktiva tetap diharapkan akan meningkatkan penjualan dimasa yang akan datang.
  3. Pengeluaran dana sangat besar dan sulit untuk menjual kembali hasil investasi.
  4. Kesalahan dalam pengambilan keputusan akan berakibat fatal.
Konsep Anggaran Modal
Anggaran modal membantu dalam pengambilan keputusan apakah proyek tersebut diterima atau ditolak. Ada beberapa konsep untuk diperhatikan :
  1. Menentukan investasi awal ( initial outlays ) seperti harga beli mesin.
  2. Menentukan sumber dana yang akan digunakan.
  3. Memperkirakan arus kas dari investasi yang diusulkan.
Arus kas memiliki 2 macam yaitu :
  1. Arus kas masuk
Penerimaan dari penjualan, penerimaan piutang, penerimaan hutang dan lain lain.
  1. Arus kas Keluar.
Pengeluaran modal yaitu setiap pengeluaran yang memberikan manfaat jangka panjang seperti pembelian gedung dan lain lain.
Setiap pengeluaran tunai yang diperhitungkan sebagai pengorbanan dalam rangka memperoleh penghasilan pada periode berjalan seperti biaya bahan, biaya pemasaran dan lain lain.
  1. Data yang diperlukan untuk kepentingan perhitungan arus kas masuk adalah :
Sales                                       Rp.
Cost of goods sold           Rp.      -
Gross profit                        Rp.
Biaya biaya                        Rp.      -
EBIT                                   Rp.
Interest                             Rp.      -
EBT                                    Rp
Tax                                    Rp.      -
EAT                                  Rp.
  1. Melakukan perhitungan cash masuk. ( CF ) dengan 2 metode yaitu dengan rumus :
    1. Pendekatan Bottom up
Rumus : CF = eat + Biaya + Interest ( 1 – tax )
    1. Pendekatan top down
Rumus : CF = EBIT ( 1 – tax ) + depreciation.
  1. Melakukan kelayakan investasi
Dengan rumus :  ARR = Rata rata eat dibagi capital outlays
Kelebihan : memperhatikan seluruh pendapatan selama umur proyek berlangsung, mudah dimengerti.
Kelemahan : Mengabaikan nilai waktu uang
Pemecahan Kasus :
Sebuah perusahaan merencanakan akan membeli 2 mesin baru untuk mengganti yang lama dalam pabriknya, dari 2 penawaran yang berbeda dengan data sebagai berikut :

KeteranganMesin JepangMesin Korea
Harga Perolehan
Nilai sisa
Umur mesin
Penyusutan
Tax
Discount Rate
Pendapatan Kotor
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
63.000.000
0
4 tahun
Straight Lines
40 %
15 %

7.200.000
7.800.000
8.400.000
9.000.000

60.000.000
1 500 000
4 tahun
Sum of year digit
40 %
15 %

6.600.000
7.500.000
8.100.000
8.700.000
Dari data tersebut dapat dihitung cash in flow per tahun dari masing masing mesin serta nilai ekonomis berdasarkan pay back period.
Penyusutan mesin A.
Rp. 63.000.000 : 4  = Rp.15.750.000,-
Penyusutan mesin B :
Tahun 1 = 4/10 x (Rp. 60.000.000 – Rp. 1.500.000) = Rp.23.400.000
Tahun 2 = 3/10 x Rp.58.500.000                                        = Rp.
Tahun 3 =
Tahun 4 =
1.    Cash in flow untuk mesin A

KeteranganTahun 1Tahun 2Tahun 3Tahun 4
EBT
Tax 40 %
EAT
Penyusutan
Net cash
7.200.000
2.880.000
4.320.000
15.750.000
20.070.000
   
2.    Cash in flow untuk mesin A
KeteranganTahun 1Tahun 2Tahun 3Tahun 4
EBT
Tax 40 %
EAT
Penyusutan
Net cash
6.600.000
2.640.000
3.960.000
23.400.000
27.360.000
   
3.    Nilai ekonomis berdasar metode payback period
Dengan metode payback period akan  diketahui kapan investasi terhadap proyek tersebut akan kembali.
Dari data tersebut maka dapat dihitung sebagai berikut :
Untuk Mesin A :
Investasi             : Rp. 63.000.000,-
Net cash tahun 1   : Rp. 27.360.000,- -
Sisa                      Rp.  ?  dan seterusnya.
Hal tersebut akan berlaku untuk mesin B.

Jenis-jenis Anggaran

A. Anggaran
Anggaran (Budget) adalah suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif aktivitas usaha sebuah organisasi (pemasaran, produksi dan keuangan). Anggaran mengidentifikasi sumber daya dan komitmen yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan organisasi selama periode yang dianggarkan.

Penganggaran adalah penciptaan suatu rencana kegiatan yang dinyatakan dalam ukuran uang. Penganggaran memainkan peran penting di dalam perencanaan, pengendalian, dan pembuatan keputusan. Anggaran juga untuk meningkatkan koordinasi dan komunikasi.

B. Jenis-Jenis Anggaran
1. Anggaran Penjualan
Anggaran penjualan merupakan suatu penentuan jumlah unit penjualan yang diperkirakan akan dijual di dalam suatu perusahaan untuk periode yang akan datang. Pada umumnya anggaran penjualan ini akan menyebutkan jumlah unit yang dijual serta harga jual per unit produk tersebut untuk masing-masing daerah penjualan yang ada. Dengan demikian, maka dari anggaran penjualan yang disusun tersebut akan dapat diketahui proyeksi penerimaan pendapatan perusahaan dari penjualan produk serta jumlah unit untuk masing-masing jenis produk yang dijual.
Untuk menyusun anggaran penjualan ini perlu disusun peramalah penjualan perusahaan dengan mempergunakan model yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi dari penjualan produk perusahaan. Beberapa model yang dapat dipergunakan untuk mengadakan penyusunan anggaran penjualan produk perusahaan ini antara lain model tren pangkat tunggal, tren pangkat dua, regresi, dan lain-lain.

2. Anggaran Produksi
Anggaran produksi dapat disusun setelah mengetahui berapa besar rencana penjualan untuk masing-masing produk. Rencana penjualan ini dapat dilihat dalam anggaran penjualan. Berdasarkan rencana penjualan yang telah tersusun tersebut serta dengan mempertimbangkan perubahan persediaan produk akhir yang ada , maka anggaran produksi akan dapat disusun.
Di dalam menyusun anggaran produksi bulanan, maka akan dikenal penerapan dari pola produksi yang ada di dalam perusahaan. Di dalam pemilihan pola produksi untuk perusahaan, maka manajeen selayaknya mempertimbangkan berbagai macam faktor yang berhubungan dengan biaya –biaya yang harus menjadi tanggungan perusahaan apabila perusahaan tersebut memilih salah satu dari pola produksi tersebut. Sebagaim mana diketahui, pola produksi ada tiga macam:
• Pola produksi konstan
Merupakan pola produksi di mana jumlah produksi dari bulan ke bulan adalah sama atau relatif sama, Walaupun terdapat perubahan penjualan produk perusahaan dari satu bulan dengan bulan yang lain.
• Pola produksi bergelombang
Merupakan pola produksi dimana jumlah produksi di setiap bulan mengalami perubahan sesuai dengan perubahan penjualan, sedangkan jumlah persediaan barang jadi adalah stabil atau tetap.
• Pola produksi moderat

Merupakan suatu pola produksi dimana jumlah produksi di setiap bulan selalu mengalami perubahan, namun perubahan ini tidak akan sebesar perubahan penjualan produk yang ada. Perubahan penjualan produk akan diserap secara bersama-sama di dalam perubahan jumlah produksi dan persediaan barang jadi. Manajemen perusahaan akan berusaha untuk mengadakan pemilihan pola produksi yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi dari perusahaan tersebut.

3. Anggaran Bahan Baku
Apabila anggaran produksi telah disusun, maka anggaran bahan baku telah dapat disusun pula. Penyusunan anggaran bahan baku akan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama adalah mengidentifikasi tingkat penggunaan bahan baku atau yang disebut dengan material usage rate.
Apabila tingkat penggunaan bahan baku ini telah diketahui, maka dengan mempergunakan data anggaran produksi (dimana diketahui jumlah yang akan diproduksi selama satu periode) maka akan dapat disusun jumlah unit kebutuhan bahan baku untuk keperluan proses produksi. Setelah itu baru kemudian diperhitungkan besarnya jumlah unit kebutuhan bahan baku yang akan dibeli. Jumlah unit bahan baku yang akan dibeli akan sama dengan besarnya jumlah unit kebutuhan bahan baku untuk proses produksi ditambah atau dikurangi dengan selisih yang terjadi antara persediaan awal dengan rencana persediaan akhir dari bahan baku yang akan dipergunakan tersebut. 
Apabila persediaan awal bahab baku ternyata lebih besar dari rencana persediaan akhir, maka besarnya pembelian bahan baku akan sama dengan kebutuhan bahan baku untuk proses produksi dikurangi dengan selisih persediaan awal dengan persediaan tersebut, begitu pula sebaliknya.
Dengan dasar kebutuhan bahan baku yang akan dibeli ini maka manajemen perusahaan akan dapat memperhitungkan berapa besarnya dana yang diperlukan di dalam pembelian bahan baku untuk keperluan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan
4. Anggaran Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja langsung akan sangat perlu pula untuk dikendalikan biayanya, karena tenaga kerja langsung ini juga merupakan salah satu unsur pembentuk harga pokok produksi. Tanpa adanya pengendalian biaya tenaga kerja langsung yang baik, maka besar kemungkinan bahwa biaya tenaga kerja langsung ini menjadi lebih besar dari biaya yang sewajarnya, sehingga harga pokok produksi atau HPP akan menjadi bertambah besar. Kondisi ini tentu saja akan menurunkan daya saing perusahaan.
Untuk mengadakan perhitungan terhadap biaya tenaga kerja langsung yang dipergunakan di dalam pelaksanaan proses produksi, maka perlu ditentukan terlebih dahulu satuan dasar yang akan dipergunakan untuk perhitungan tersebut. Satuan dasar ini penting artinya karena dengan adanya satuan dasar yang dipergunakan untuk perhitungan biaya tenaga kerja langsung, maka kesimpangsiuran di dalam penyusunan biaya tenaga kerja langsung tersebut akan dapat dihindarkan. 
Pada umumnya untuk menyusun perhitungan biaya tenaga kerja langsung ini dikenal dua macam dasar perhitungan, yaitu upah per unit produk, dan upah per jam. Masing-masing sistem upah tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga sebelum mengadakan pemilihan sistem mana yang akan dipergunakan di dalam perusahaan maka perlu mempelajari terlebih dahulu sistem mana yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
Di dalam sistem upah per unit, maka para karyawan langsung akan cenderung untu dapat menghasilkan unit produk sebanyak-banyaknya sehingga produktivitas karyawan tersebut akan cenderung meningkat. Namun upah per unit memiliki kelemahan dimana karena para karyawan cenderung untu dapat menghasilkan unit produk sebesar-besarnya, maka terkadang kualitas unit produk yang dihasilkan cenderung menurun karena menjadi terabaikan. Bila tidak diimbangi dengan pengawasan yang ketat dari pihak manajemen, maka dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar karena hilangnya kepuasan konsumen terhadap produk yang dibelinya.
Sistem upah menurut waktu (unit per jam) dapat membuat para pekerja menghasilkan unit produk yang berkualitas tinggi karena tidak terfokus pada tujuan menghasilkan produk sebanyak-banyaknya. Namun kelemahan dari sistem ini adalah karyawan cenderung untuk memperlama waktu waktu penyelesaian pekerjaan karena tidak mempengaruhi besarnya penerimaan mereka. 
5. Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead Pabrik merupakan komponen ketiga di dalam penyusunan perhitungan besarnya harga pokok produksi. Biaya overhead pabrik terdiri dari seluruh biaya yang terjadi di dalam pabrik kecuali biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. 
6. Anggaran Persediaan
Anggaran persediaan merupakan anggaran yang merencanakan secara terperinci berapa nilai persediaan pada periode yang akan datang. Pada perusahaan manufaktur persediaan yang ada terdiri dari 3 jenis, yakni persediaan material, persediaan barang setengah jadi, persediaan barang jadi.
7. Anggaran Biaya Non Produksi 
Anggaran Biaya non Produksi merupakan sruktur terinci yang tidak termasuk dalam biaya-biaya produksi. Selain itu biaya non produksi ini hanya sebagai penunjang kegiatan produksi sehingga tidak akan mempengaruhi penjualan yang sudah dianggarkan dan kebutuhan persediaan.

8. Anggaran Pengeluaran Modal 
Anggaran Pengeluaran Modal merupakan anggaran yang mengumpulkan laba sebanyak-banyaknya dengan mengeluarkan semua aktiva atau modal yang dimiliki. Oleh karena itu dalam anggaran ini harus sangat teliti dalam mengambil keputusan untuk menghindari kerugian yang sangat besar.

9. Anggaran Kas 
Anggaran Kas merupakan anggaran yang sederhana menunjukkan saldo awal kas, ditambah kas masuk yang diantisipasi lebih, dikurangi pengeluaran kas yang diantisipasi, saldo kas lebih atau kurang maupun yang akan mungkin perlu dipinjam.

10. Anggaran Rugi-Laba 
Anggaran Rugi-Laba merupakan hasil akhir dari semua anggaran operasional seperti penjualan, harga pokok penjalan, biaya komersil dan biaya adminstrasi dan keuangan diringkas dalam laporan laba-rugi dianggarkan.


11. Anggaran Neraca 
Anggaran Neraca adalah neraca yang memberikan gambaran saldo akhir aktiva, utang, dan modal yang diantisipasi jika rencana yang dianggarkan terlaksana dengan baik.

12. Anggaran Perubahan Posisi Keuangan 
Anggaran Perubahan Posisi Keuangan adalah memuat mengenai rencana perubahan aktiva, utang, dan modal perusahaan selama periode yang dianggarkan untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan

Anggaran Bahan Baku


1. Budget Kebutuhan Bahan Baku
Pengertian   Budget   ini   ialah:   Budget   yang   merencanakan   secara   lebih terperinci jumlah unit bahan mentah yang diperlukan untuk penyelenggaraan proses produksi secara periode yang akan datang, sebagai dasar untuk penyusunan budget  pembelian bahan mentah dan budget biaya bahan mentah.
Adapun bahan baku yang dipakai dalam suatu pabrik secara tradisional dibagi menjadi   bahan   langsung   dan   bahan  tak   langsung   (bahan  pembantu).   Bahan langsung  pada  umumnya  menyatakan  semua  bahan  baku  yang  menjadi  bagian terpadu dari produksi jadi dan dapat ditetapkan langsung  pada  harga  pokok  produk barang jadi.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penyusunannya, yaitu:
1)  Budget  unit  yang diproduksi, khususnya tentang kualitas, kuantitas barang yang akan diproduksi dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang.
2)  Berbagai  standar  pemakaian  bahan  dari  masing-masing jenis bahan  mentah untuk  proses produksi yang telah ditetapkan perusahaan, yaitu :
a)   Berdasarkan data historis (pengalaman masa lalu), dengan cara membandingkan  jumlah  produk  pada  suatu  periode  dengan  jumlah  bahan  mentah   yang   dipergunakan   pada   periode   yang   sama.   Tetapi   apabila pengalaman  yang  lalu merupakan pengalaman yang kurang menguntungkan  (terjadi  pemborosan  bahan mentah) maka standar pemakaian bahan mentah  untuk periode yang akan datang merupakan standar yang paling ideal.
b)  Berdasarkan  pada penelitian khusus, yang dilakukan dengan mengukur serta meneliti beberapa produk barang jadi yang dihasilkan perusahaan, mengadakan penelitian laboratoris seperti produk obat-obatan,  kosmetik  dan  minuman,  dan  mengadakan  percobaan  proses  produksi  sambil  mengukur serta   menghitung jumlah unit bahan mentah yang digunakan   selama percobaan tersebut berlangung.
2. Budget Pembelian Bahan Baku
Adalah budget yang merencanakan secara lebih terperinci tentang pembelian- pembelian bahan mentah selama periode yang akan datang, yang berguna secara khusus  sebagai dasar untuk penyusunan budget biaya bahan mentah, penyusunan budget utang dan budget kas.
Adapun faktor-faktor  yang  mempengaruhi penyusunan budget pembelian bahan mentah ialah :\
a)  Budget  unit kebutuhan bahan  mentah, khususnya rencana tentang  jenis (kualitas) dan jumlah (kuantitas) bahan mentah yang dibutuhkan dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang.
b)  Biaya-biaya yang harus ditanggung oleh  perusahaan  pada  setiap  melakukan  pembelian bahan mentah (set up cost). Bila setiap  kali  melakukan  pembelian bahan  mentah,  biayanya  terlalu besar,  akan  mendorong  perusahaan  untuk tidak   sering   melakukan   transaksi   pembelian   bahan   mentah,   begitu   juga sebaliknya  sehingga  perusahaan  akan  melakukan  pembelian  dalam  jumlah   yang kecil.
c)   Biaya  yang  dianggap  oleh  perusahaan  sehubungan  penyimpanan  barang  di gudang. Bila biaya-biaya dan resiko penyimpanan yang harus ditanggung cukup mahal maka akan mendorong perusahaan untuk mempunyai persediaan bahan mentah dalam jumlah yang kecil dan apabila biayanya kecil akan  mendorong perusahaan melakukan penyimpanan dalam jumlah yang besar.
d)  Fluktuasi harga bahan mentah dari waktu-waktu yang  akan  datang.  Bila  ada kecendrungan   harga   bahan   mentah   naik   akan   mendorong    perusahaan melakukan  pembelian  dalam  jumlah  yang  besar  dan  bila  harga  cenderung murah maka perusahaan akan mengurangi pembelian.
e)   Tersedianya   bahan   mentah   di  pasar.  Bilamana  bahan  mentah  tidak  selalu tersedia  dalam  jumlah  yang  tidak  banyak  di  pasar  maka  cenderung  akan  mendorong  pembelian  yang  besar,  dan jika persediaan bahan mentah sedikit  maka perusahaan akan melakukan pembelian dalam jumlah yang kecil.
f)   Modal ketja yang tersedia. Bilamana perusahaan mempunyai modal yang cukup akan  memberikan  kemungkinan untuk melakukan pembelian-pembelian bahan mentah dalam jumlah yang sangat besar, begitu juga sebaliknya.
g) Kebijaksanaan   perusahaan  di  bidang  persediaan  bahan  mentah  (inventory policy).  Bila  persediaan  bahan  mentah yang ditetapkan oleh perusahaan besar akan  mendorong  pembelian  bahan  mentah  juga  dalam  jumlah  yang  besar. Kebijaksanaan  di bidang persediaan bahan mentah dipengaruhi oleh beberapa  faktor pertimbangan:
1. Fluktuasi Produksi
2. Fasilitas tempat penyimpanan
3. Biaya-biaya yang timbul selama masa penyimpanan
4. Tingkat perputaran persediaan bahan mentah
5. Lamanya lead time (waktu tunggu)
6. Modal kerja
Pendekatan  yang  terkenal  untuk  menghitung  kuantitas  pesanan  ekonomi (EOQ) menggunakan rumus berikut ini: EOQ= √(2AO) / C
A = Kuantitas yang dipergunakan dalam setahun (unit)
O = Biaya rata-rata tahunan untuk menempatkan pesanan
C  =  Biaya  penyimpanan  tahunan  untuk  menyimpan  satu  unit  dalam  persediaan selama  satu  tahun  (misalnya,  penyimpanan,  asuransi,  laba  atas  investasi  dalam persediaan)
3. Budget Biaya Bahan Baku
Adalah  Budget  yang  merencanakan  secara  lebih  terperinci  tentang  biaya   bahan mentah untuk produksi selama periode yang akan datang, meliputi rencana  kualitas,  kuantitas, harga, waktu, bahan mentah dikaitkan dengan jenis barang jadi yang membutuhkan bahan mentah tersebut.
Budget biaya bahan mentah berguna sebagai dasar penyusunan budget harga pokok  produksi,  budget  harga  pokok  penjualan  yang  tercantum  dalam  master income statement budget bersama dengan budget upah  tenaga  kerja  langsung  dan budget biaya pabrik tidak langsung.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam  penyusunan  budget  biaya bahan mentah antara lain:
a)  Budget unit kebutuhan bahan mentah
b)  Budget pembelian bahan mentah
c)   Metode Akuntansi (pembukuan bahan mentah) yang dipakai oleh  perusahaan, khususnya  yang  berhubungan  dengan  masalah  penilaian  bahan  mentah  yang diolah  dalam  proses  produksi.  Adapun  metode  pembukuan  bahan  mentah  itu ialah:
1.  Metode FIFO (First In First Out) : Dalam  metode  ini,  nilai  (harga)  dan  bahan  mentah  yang  diolah  lebih  awal didasarkan  pada  nilai  (harga)  bahan  mentah yang dibeli lebih awal, begitu juga  sebaliknya.
2.  Metode LIFO (Last In First out) :Nilai (harga) dan bahan mentah yang  diolah  lebih  awal  didasarkan  pada  nilai (harga) bahan mentah yang dibeli lebih akhir, demikianjuga sebaliknya.
3.  Moving Average : Yaitu   metode   yang   menganggap   nilai   (harga)   bahan   mentah   yang   diolah berdasarkan   nilai  (harga)  rata-rata  pembelian  bahan  mentah  yang  pernah   dilakukan oleh perusahaan sejak awal sampai dengan yang terakhir.
Sumber  :  Dra.NARUMONDANG BULAN SIREGAR MM Fakultas Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Universitas Sumatera Utara